Dewasa adalah simbol orang bertanggung jawab, pemimpin, bijaksana, setia dan berani berkorban. Dewasa adalah dambaan seorang anak kepada bapak, istri kepada suami, anak kepada ibunya dan pasangan kepada pasangannya.
Gie force
Kita adalah seorang abri yang membela diri kita dari segala bentuk ancaman terhadap diri kita. Jika kita mau menyadari dan memahami diri kita kita akan tahu bahwa kita memiliki senjata yang sangat dahsyat, Kiota memiliki sebuah kota yang harus dilindungi oleh diri kitasendiri. Dan jika kita benarr-benar megenal diri kita kita akan mengenal tuha. Karena kita diciptakan bukan dari sebuah sel atau sebuah jaringan atau sebuah makshluk didalam diri kita. kitya memuiliki relasi yang cukup banyak dengan diri kita. mata telinga dan sell-sel l;aian yang berada di wilayah tubuh kita harus saling mednukung dan menyuport agar diri kita buisa seimbang. Satu saja sel yang tidak berfumgsi maka akan terkena pada bagian tubuh lain. Kita adalah abri bagi diri kita.
Rabu, 02 Juni 2010
Skripsi super tebal
Skripsi Tertebal Di Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto
Purwokerto- Erwita Nurdiyanto (27), warga Perumahan Kalikidang RT 05/7, Sokaraja, Banyumas, harus merasa bangga dengan hasil karyanya setelah membuat skripsi berat 4,75 kg, tebal 12 cm dengan tinggi 30, lebar 22cm, dan jumlah halaman sekitar 1.150an, yang membahas tentang dialek Bahasa Baanyumas dengan judul Bahasa Jawa dialek Banyumas di Kaabupaten Banyumas ( kajian Geografi dialek) setelah diserahkan ke Perpustakaan Pusat Senin (31/5) kemarin sebgai syarat mengajukan Wisuda bulan Juni mendatang.
Mahasiswa fakultas Fisip Bidang studi Sastra Indonesia Unsud yang akan diwisuda bulan Juni ini menghabiskan satu tahun untuk membuat skripsi setebal 1150 dan menghabiskan lebih dari seribu kertas untuk menjadikan setebal itu." Kertas-kertas yang salah di rumah tingginya sampai satu meter" ungkapnya ketika ditemui Radarmaas Senin (31/5) kemarin.
Menurut Ketua Prodi Bahasa dan Sastra indonesia universitas Jenderal Soedirman Srinani Haryanti, M.Hum skripsi yang tebalnya seribu lebih belum pernah ada selama ini." iya saya baru mendapati skripsi yang setebalnya seribu lebih dan belum ada sebelumnya, rata-rata halaman skripsi sekitar75 sampai 100" ungkapnya.
Hal itu juga diungkapkan oleh Pengujinya Subandi yang mngatakan bahwa skripsi yang memiliki ketebalan seribu lebih belum pernah ada di bahasa indonesia dulu pernahada sebelum Erwita yaitu Trisse Isnaeni pada tahun 2008 dengan tebal 500 an." dulu memang ada pebahasan yang sama yaitu bahasa banyumas namun mengacu pada afiksasi atau awalan dalam bahasa banyumas namun jumlah halamannya sekitar lima ratusn lah" ungkapnya.
Keteranngan yang diperoleh dari Perpustakaan Universitas yang menampung seluruh Skripsi ataupun laporan serta tugas perkuliahan juga mngungkapkan bahwa buku dengan setebal seribu lebih ini aalah satu-satunya yang ada selama universitas ada" saya baru mendapati ada skripsi tebalnya seribu saya juga telah bertanya banyak dari Erwita dan itu adalah idenya sendiri katanya. Memang ini adalah satu-satunya buku skripsi yang tertebal" ungkap Hervin Suroso pengelola perpustakaan pusat bagian Pengadaan Majalah dan Jurnal.
Menurut Erwita, data yang diperoleh adalah data dari 27 kecamatan yang ada di Banyumas dan setiap kecamatan dia mengambil 3 desa dengan kriterisa pedesaan, perkotaan dan pertengahan. Kemudian setiap desa diambil satu orang untuk diberi pertanyaan sebanyak 800 pertanyaan.Isi pertanyaan adalah kosakata banyumasan. kemudian Erwita memberikan pertanyaan bahasa ini apa disini."sirah bahasanya disini apa? ada yang cumplung ada yang bilang endas"ungkapnya sambil menirukan nara sumber berbicara. Selain itu, Sehari bisa menghabiskan 3-4 jam dalam wawancara. Hal itu terus dilakukanselama 5 bulan. "alhamdulilah nilainya A" ungkap mahasiswa Unsoud ini dengan tersenyum
Skripsi yang mengambil tema bahasa Banyumas itu merupakan inspirasi dari nyanyian hatinya yang pilu karena beberapa bahasa daerah yang sudah hampir hilang dan hanya diketahui oleh beberapa daerah saja. Seperti kata para-para, adalah sebutan untuk tempat kayu bakar."Karena saya warga banyumas jadi saya menulis tentang bahasa Banyumas, orang sekarang kan sudah sedikit yang memperhatikan bahasa sendiri" tambahnya.(ap9)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wes edan?
BalasHapusUedannnnnn
BalasHapus